Saturday, 30 January 2016

Tugas Utama Wanita


"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”.

Asma’ binti Abu Bakar ra. pernah datang  menghadap Rasulullah SAW mewakili kaumnya untuk menanyakan kedudukan dan tugasnya sebagai wanita, yang serba terbatas dalam andil dan kesempatan beramal shalih.

“Wahai rasulullah, sesungguhnya Allah mengutamakan laki-laki dan wanita, maka kami mengimanimu dan mengikutimu. Dan kami para wanita serba terbatas dan kurang (dalam ‘amaliyah). Tugas kami hanyalah menjaga rumah dan melayani laki- laki. Kami mengandung anak-anak mereka. Sedang kaum laki-laki memiliki keutamaan dengan berjama’ah, mengurus jenazah dan berjihad. Apabila mereka berjihad, kami jaga harta mereka dan memelihara anak mereka. Apakah kami dapat menyamai mereka dalam pahala wahai Rasulullah?”

Rupanya wanita yang mewakili kaumnya tersebut merasa heran mereka tidak cukup pentind dan besar dibandingkan dengan pria. Namun, dibalik pertanyaan itu terkandung keagungan wanita generasi pertama, dalam kecintaan beramal dan berjihad islam. Yang membuat wanita iri,justru karena kaum laki-laki lebih punya banyak kesempatan untuk beramal dan berjihad. Bukan lantaran keinginan untuk bebas merdeka dari tugas-tugas rutin sebagai wanita, seperti mengandung, melahirkan, mendidik anak dan menjaga harta suami.
Namun anggapan bahwa tugas pria itu lebih penting dari para wanita, ternyata tidak dibenarkan. Rasulullah saw bersabda :

“Pernahkan kalian mendengar dari wanita pertanyaan yang lebih baik dari pertanyaan ini? Kalau semua itu (tugas-tugas rutin wanita) kalian lakukan dengan sebaik-baiknya niscaya kalian akan mendapatkan pahala sebagaimana yang didapatkan suami-suami kalian”,

Inilah yang mesti dipahami setiap muslim bahwa sesungguhnya tugas utama kaum wanita yang sering dianggap remeh oleh kebanyakan wanita masa kini, sebenarnya memiliki nilai yang besar dalam ajaran islam.
Secara garis besar ada 3 tugas utama wanita, yang membuatnya memiliki derajat yang mulia, yaitu :

Wanita Sebagai Ibu Generasi

Mengandung dan melahirkan adalah tugas wanita yang tidak bisa digantikan oleh siapapun. Dari wanita lahir generasi baru,yang akan menentukan hari depan umat menggantikan pejuang-pejuang sebelumnya.
Allah mengumpamakan wanita sebagai lahan (hartsun), tempat menyemai binih dan menumbuhkan bibit baru. Jika ladang itu baik, niscaya baik pula apa yang tumbuh disana. Sebaliknya, jika ladang tersebut jelek berarti buruk pula apa-apa yang hidup diatasnya.
Oleh karena tiu tidak heran kalau musuh-musuh isalm berupaya merusah ladang ini dengan berbagai macam cara. Sebagaimana firman Allah swt :

“Apabila kalian berpaling, niscaya ia (orang-orang kafir) berjalan dibumi untuk mengadakan kerusakan padanya,menghancurkan ladang-ladang dan tanaman”. (QS Al Baqarah : 205)

Wanita Sebagai Pendidik Generasi

“Apabila mereka keluar untuk berjihad, kami jaga harta mereka”.
 
Hal ini menunjukkan peran wanita sebagai murabbiyan (pendidik) bagi anak-anak. Dengan kelembutan dan kasih sayang, wanita berkewajiban menjadikan kader-kader isalm sebagai seorang muslim kaffah (seutuhnya). Firman Allah swt :

“Dan ingatlah akan apa-apa yang dibaca dirumah-rumah kalian dari ayat-ayat Allah dan Al Hikmah (sunah nabi)”. (QS AlAhzab : 33)

Ini merupakah peringatan bagi para ibu untuk mendidik anak dengan Al Quran, memahamkan mereka dan menanamkan nilai-nilai Islam dari diri mereka. Mengajari mereka dengan Al Hikmah (sunah nabi) agar lahir generasi yang bijak.
Kualitas generasi tergantung dari pendidiknya, apakah nantinya menjadi penghuni surga atau neraka. Pada dasarnya setiap bayi itu lahir dengan kondisi fitri. Ia seperti kertas putih yang berlum terulis. Tinggal apa yang dituliskan diatasnya dan siapa yang menuliskan.

“Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanya yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. 

Wanita Sebagai Basis Rumah Tangga

Wanita ditakdirkan sebagi tempat untuk mendapatkan ketenangan (sakinah), kasih dan sayang (mawaddah dan rahmah) sebagaimana firman Allah Swt :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang”. (QS Ar Ruum : 21)

Wanita secara fitrah memang basis rumah tangga tempat pulang bagi suami dan anak-anak. Disana suami akan mendapatkan ketenangan setelah lelah dan anak akan mendapatan pendidikan serta rasa aman. Oleh karena itu Allah juga berfirman :

“Dan tetaplah tinggal dirumah-rumah dan janganlah kalian berhias dengan cara jahiliyah”. 
(QS Al Ahzab : 33)

Semoga para wanita Islam mampu mewujudkan tugas-tugas mulia tersebut. Amiin...

Wednesday, 27 January 2016

HIkmah

Diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan Al Baihaqi dalam Asy-Syu'ab dari Ibu Mas'ud ra. bahwa dia berkata : "Barang siapa yang membaca sepuluh ayat dari surat Al Baqarah di permulaan siang, maka ia tidak akan didekati syaitan sampai sore. Dan jika membacanya sore hari, maka ia tidak akan di dekati oleh syaitan sampai pagi dan ia tidak akan melihat sesuatu yang dibendi pada keluarga dan hartanya".

Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam Kitab Al Kabair dan Al Hakim dalam Shahihnya, Dari Ibu Mas'ud ra, Nabi Saw bersabda :
"Barangsiapa membaca sepuluh ayat ; empat ayat di awal surat Al Baqarah, ayat kursi dan dua ayat sesudahnya, serta ayat-ayat terakhir dari Al Baqarah tersebut, maka rumahnya tidak akan dimasuki syaitan sampai pagi".

Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda :
" Barangsiapa membaca ayat-ayat terakhir surat Al Hasyir pada waktu malam atau siang maka Allah akan menjamin baginya syurga". (HR Al Baihaqi)

Sunday, 24 January 2016

Diam

Dari Abu Hurairah ra diceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir,hendaknya ia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir hendaknya ia berkata baik atau diam."

Uqbah bin Amir menceritakan, "saya bertanya kepada Rasulullah saw "Apakah keselamatan itu?" Beliau menjawab," Jagalah lisanmu, perluaslah rumahmu, dan menangislah akan dosa-dosamu."

Diam adalah pondasi keselamatan dan merupakan penyesalan terhadap berbagai celaan. Oleh karena itu kewajiban diam di tetapkan oleh syara', perintah dan larangan. Sedangkan diam pada saat-saat tertentu adalah sifat pemimpin, sebagaimana ungkapan bahwa berbicara pada tempatnya termasuk perilaku yang baik.

Abu Ali Ad Daqqaq berkata, "Barangsiapa yang mendiamkan kebenaran,maka ia ibarat syetan yang bisu."
Sikap diam sambil memperhatikan merupakan bagian dari perilaku orang-orang yang baik. Allah swt berfirman :
"Apabila dibacakan AlQuran maka hendaklah di dengarkan dan diperhatikan agar kamu sebagian mendapatkan rahmat."
QS Al A'Raaf 204

Menyimpan mulut didepan orang yang diam merupakan sikap yang baik untuk menghindari kebohongan, umpatan dan kekejaman raja.

Diam terbagi menjadi 2, yaitu diam secara lahir dan diam secara bathin. Orang yang bertawakal hatinya selalu diam dengan meninggalkan berbagai tuntutan ekonomi. Sedangkan orang yang berma'rifat hatinya akan selalu diam dengan mempertemukan ketetapan hukum melalui sikap yang baik. Oleh karena itu perbuatan yang baik adalah yang dapat dipercaya, sedangkan ketetapan yang baik adalahhal yang dapat diterima.

Dzunun Almisri pernah di tanya oleh seseorang, "siapakah yang mampu menjaga diri?"
"Orang yang betul-betul menjaga mulutnya"
Jawaabnya.

Menurut suatu riwayat, Abu Bakar Ashshidiq meletakkan batu kecil didalam mulut beliau agar bicaranya dapat diminimalkan.

Sebgian ahli hikmah telah berkata "Manusia diciptakan Allah swt dengan mempunyai satu mulut, dua mata dan dua telinga agar dia dapat mendengar dan melihat lebih banyak dari apa yang dia katakan".

Sumber : Risalah al qusyairiyah


Saturday, 23 January 2016

Semua Balasan dan Pahala adalah dari Allah swt

Allah swt tidak akan menarik suatu kenikmatan melainkan Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Tentunya, hal ini kita dapat bersabar dan selalu mengharap balasan pahala dari Allah swt.
Rasulullah saw bersabda ;
"Barangsiapa Aku (Allah swt) cabut penglihatan kedua matanya, lalu dia bersabar, maka Aku akan menggantikannya dengan balasan syurga."

Barangsiapa kehilangan anaknya dan dia bersabar, maka Allah akan membina rumah yang dinamakan dengan rumah Al Hamd di dalam syurga. Janganlah pernah mengeluh terhadap satu musibah, sebab apabila satu musibah menimpa seseorang maka Allah akan memberikan pahala, pengganti dan ganjaran yang melimpah disisi Allah swt.

Allah swt berfirman ;
"(Sambil mengucapkan) Salamun 'alaikum bima shabartum. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (QS 13 : 24)

Maka berbahagialah kepada orang yang dilanda musibah dah tahniah kepada mereka yang di timpa bala bencana.

Usia dunia ini sangatlah pendek dan perbendaharaannya sedikit. Sementara akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Siapa yang mengalami kesusahan di alam dunia, maka dia akan menjalani hidup tentram di alam akhirat.
Apasaja yang terdapat di sisi Allah swt adalah lebih baik, kekal, bahagia,mulia agung dan lebih terhormat.

Sumber :
khamsata wa 'isyruuna sababan lis-sa'adah -
Dr. 'Aidh bin Abdullah Al Qarny

Friday, 22 January 2016

Etika Bercanda Dalam Islam

Bismillahirrahmaanirrahiim..

Seorang lelaki pernah datang kepada Imam Abu Hanifah rahimahullah, kemudian bertanya, "Bila saya sudah melepas baju dan hendak menyebur ke sungai untuk mandi, apakah saya harus menghadap kiblat?"
Mendengar pertanyaan itu, Imam Abu Hanifah langsung menjawab, "Yang lebih afdhal hendaknya wajahmu menghadap ke arah bajumu supaya tidak di curi orang."
Canda sang Imam langsung mengundang senyum orang-orang yang ada di sekitarnya. Canda merupakan bumbu dalam kehidupan, secukupnya saja di taburkan sebagai penghias kehidupan.
Islam sebagai agama yang paling sempurna tidak lepas dalam memberikan adab dalam bercanda. Diantara adab bercanda yang harus diperhatikan antara lain ;

1. Tidak berbohong dalam bercanda
Rasulullah saw mengecam mereka yang membuat tertawa orang lain dengan membohonginya.
"Celakalah bagi orang yang berbicara (bercerita) lalu berbohong untuk membuat orang-orang tertawa dengan cerita bohongnya itu. Celaka baginya! Celaka baginya! Celaka baginya!" (shaihul jaami')

2. Tidak berlebih-lebihan dalam bercanda
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Abu Hurairah ra "janganlah engkau banyak tertawa, karna sesungguhnya banyak tertawa itu mematikan hati." (shahihul jaami')

3. Tidak mempermainkan sesama muslim
Bercanda bila sudah kelewat batas menyebabkan seseorang mempunyai sifat iseng. Seakan akan tidak ada lagi perbuatan yang lebih baik daripada yang ia lakukan.
Rasulullah saw berpesan, "Janganlah seseorang melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan mudharat bagi dirinya dan orang lain". (Hadist syarif)

4. Tidak mengolok-olok dan menghina orang lain serta tidak melakukan ghibah.
Tergelincirnya lidah bisa disebabkan oleh canda yang tidak proporsional, sehingga meluas tidak terkendali. Dan bila setan sudah ikut andil didalamnya maka mulailah saling olok dan hina diantara mereka untuk memancing tawa.
Sebagaimana yang dikhawatirkan khalifah Umar bin Abdul Aziz, "Takutlah kalian pada canda, karena canda yang dungu dapat mewariskan rasa dengki."

5. Tidak memperolok AlQuran dan sunnah Rasululllah saw
Dalam hal ini Allah swt berfirman dalam surat At Taubah ;65 yang artinya ;
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka akan menjawab : Sesungguhnyabkami hanya bersenda gurau dan bermain main saja. Katakanlah: Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok."

Satu hal yang harus diperhatikan seorang muslim adalah Rasulullah saw memerintahkan agar meninggalkan hal-hal yang tidak berguna. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw ;
" Sebagian dari tanda bagusnya kualitas keislaman seseorang adalah jika mampu meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya." (HR Muslim)

Wednesday, 18 November 2015

Nasihat Rasulullah SAW

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga nasihat kepada kedua sahabatnya Abu Dzar dan Abu Abdurrahman bin Jabal ;
"Bertaqwalah kepada Allah SWT dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji." (HR Tirmidzi)

Dalam nasihat Rasulullah SAW diatas layak kita perhatikan sebab berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Bertaqwalah dimanapun berada

Nasihat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus senantiasa menjaga ketaqwaan kita setiap saat. Menjaga ketaqwaan memang tidaklah mudah, kecuali dengan usaha yang ekstra keras.

Suatu ketika sahabat Umar bin Khatab bertanya kepada Ubay bin Ka'ab,
"Apakah taqwa itu?"
Ubay bin Ka'ab balik bertanya ;
"Pernahkah kamu melalui jalan yang berduri?"
Umar menjawab "Pernah"
Ubay menyambung "Lalu apa yang kamu lakukan?"
Umar mnjawab "Aku berhati-hati, waspada,  dan penuh kesungguhan."
Maka Ubay berkata "Maka demikian pulalah taqwa."

Kebaikan yang menghapus kesalahan

Setiap manusia pasti pernah melakukan salah/dosa, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW "seedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api"
Sedangkan dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah mohon maaf yang bagi orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasul SAW selalu meminta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya bekata "inilah orangnya, yang membuat aku di tegur oleh Allah SWT... (QS Abassa)
Lalu bawalah hadiah atau makanan kepada orng tersebut, begitulah anjuran Rasul SAW.

Akhlak yang terpuji

Akhlak adalah tata niai dan aturan perilaku bagi seorang muslim. Akhlk terpuji adalah keharusan dari setiap muslim.
Dari beberapa jenis akhlak kit terhadap orang lain , yang perlu kita perhatikan adalah akhlak terhadap tetangga.

"Barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya." (HR Bukhari,Muslim dan Ibnu Majah)

Demikian nasihat Rasulullah SAW, semoga kita mampu untuk melaksanakan nasihat tersebut. Amin

Friday, 30 October 2015

Jenis Hati Manusia

Dilihat dari keadaannya, hati manusia dapat digolongkan menjadi 3 :

Pertama. Hati yang bersih, sehat dan selamat (Al qolbu as saliimu)

Hati ini adalah milik orang-orang beriman. Ia adalah hati yang terbebas dari penyakit, iri, dengki, hasad, riya, sum’ah dll. Hanya orang yang berhati bersih sajalah yang dijamin keselamatannya kelak dihadapan Allah SWT.

 يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩ 

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS Asy Syu’ara : 88 – 89)

Kedua.
Hati yang sakit dan berpenyakit (Al qolbu al mariidhu) 

Ini adalah hati orang munafik. Orang yang penyataan lisan berbeda dengan kenyataan hatinya. Orang yang hanya mencari keuntungan dan keselamatan pribadi tanpa mau peduli diatas jalan benar atau salah.

Dari Abdullah bin Amru dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ada empat perkara, barangsiapa yang empat perkara tersebut ada pada dirinya maka dia menjadi orang munafik sejati, dan apabila salah satu sifat dari empat perkara tersebut ada pada dirinya, maka pada dirinya terdapat satu sifat dari kemunafikan hingga dia meninggalkannya:
1.    jika berbicara selalu bohong,
2.    jika melakukan perjanjian melanggar,
3.    jika berjanji selalu ingkar,
4.    dan jika berselisih licik."
    (HR. Muslim No. 88)

Orang munafik semacam ini kelak akan ditempatkan di keraknya neraka.

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ فِي ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمۡ نَصِيرًا ١٤٥

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS An Nisa 145)
  
Ketiga.
  Hati yang buta, hati yang mati atau tertutup (Al qolbu al mayyitu) 

Hati ini adalah hati orang kafir, antheis, orang yang tidak beriman kepada rukun iman. Para ulama mensifati hati ini dengan ungkapan “Laa ya’riful haqqa” artinya tidak mengenal kebenaran.
   
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٦

خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَٰرِهِمۡ غِشَٰوَةٞۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ٧

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS Al Baqarah : 6-7)
 

Tugas Utama Wanita

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. Asma’ binti Abu Bakar ra. pernah datang   menghadap Ra...